Kamis, 08 Desember 2011

50% Skripsi Bentuk Plagiasi




BANDUNG - Sebanyak 50 persen skripsi yang dibuat mahasiswa calon sarjana dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia diperkirakan meniru karya ilmiah sebelumnya.

Lemahnya sistem pengawasan perguruan tinggi (PT) maupun pemerintah disinyalir menjadi pemicu utama terjadinya praktik plagiasi tersebut. Praktisi pendidikan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Dede Mariana menegaskan, hingga kini praktik plagiasi masih banyak terjadi di kalangan mahasiswa Indonesia, baik di perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS).

"Hal itu bisa diakibatkan oleh kesengajaan maupun ketidaksengajaan yang dilakukan mahasiswa," kata Dede. Dia mencontohkan, praktik plagiasi disengaja misalnya dengan mengutip salah satu sumber tanpa menyebutkan nama pengarangnya. Menurutnya, praktik ini paling banyak dijumpai pada skripsi BAB II tentang teori. Dalam bab tersebut, mahasiswa banyak berhubungan dengan teori yang dipakai dalam skripsi.

Hal itu memungkinkan mahasiswa banyak mengutip sumber, baik buku maupun skripsi yang telah dikeluarkan sebelumnya. "Paling banyak adalah kesamaan dalam mengutip sumber dari skripsi lama. Bahkan nyaris tidak ditemui ada perbedaan sedikit pun," kata Dede. Namun menurutnya, hal tersebut bisa diminimalisasi, bahkan dipangkas dengan peran dosen pembimbing.

Dede memaparkan, plagiasi bisa dikategorikan dalam beberapa hal. Antara lain plagiasi ide yang mengambil ide atau tema skripsi secara keseluruhan. Plagiasi paragraf yang mencerminkan pengutipan paragraf dari buku atau skripsi lama, dan plagiasi utuh. "Bahkan saya yakin hingga saat ini masih banyak plagiasi antardaerah di Indonesia," ujarnya. Plagiasi daerah misalnya dilakukan dengan mengambil skripsi yang sama pada universitas lain, dan diajukan ulang pada universitas pada daerah lainnya.

Jika hal ini dibiarkan terus menerus, akan memberikan dampak negatif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. "Jika dibarengi dengan ketidakjujuran, skripsi yang dihasilkan akan susah diharapkan," katanya. Dede menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan masih banyaknya praktik plagiasi di kalangan mahasiswa. "Pertama banyaknya mahasiswa yang ingin menyelesaikan kuliah dengan jalan pintas dan cepat sehingga segala upaya dilakukan," ungkap Dede.

Selain itu, masalah tidak adanya integrasi data hasil skripsi juga menjadi faktor penting yang harus diperhatikan. Karena itu, dia berharap pemerintah dalam hal ini Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas bisa membuat sistem data yang mengintegrasi skripsi dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Setidaknya, bab abstrak skripsi bisa tercantum seluruhnya.

Selain itu, ketegasan institusi perguruan tinggi dalam melacak dan memberikan sanksi kepada pelaku plagiasi diharapkan bisa menjadi alternatif termudah. Karena pada dasarnya, sekecil apa pun plagiasi, merupakan pelanggaran. Sementara itu, dosen fakultas pertanian Unpad Tarkus Suganda menjelaskan, minimnya publikasi menjadi penyebab kurang diketahuinya penelitian yang dihasilkan oleh masyarakat umum.

Padahal, memublikasikan hasil penelitian merupakan bagian yang terintegrasi pada sebuah penelitian. Juga sebagai bentuk tanggung jawab kepada masyarakat. "Sebagus apa pun penelitian yang dihasilkan, jika tidak publikasikan akan mencederai tujuan utama dari pelaksanaan penelitian tersebut," kata Tarkus.  (sindo//mbs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar